Sabtu, 19 Mei 2012

Bagaimana Akhir Kehidupan Bintang?

Pada saat kehabisan bahan bakar (hidrogen), bintang-bintang membengkak dan permukaannya menjadi dingin (meski bagi kita tentu saja masih sangat panas). Bintang-bintang yang besar akan tumbuh menjadi “raksasa biru” dan meledak sebagai supernova. Bintang-bintang yang lebih kecil mengembang dan menjadi raksasa merah besar. Kemudian bintang-bintang itu kehilangan sebagian besar materi yang dimilikinya dan menyusut menjadi bintang katai putih. Bintang ini sangat kecil dan padat (seukuran bumi) , suhu permukaannya bisa mencapai 8000°C.
Ledakan supernova dapat menghasilkan salah satu dari dua macam objek yang sangat aneh, yaitu sebuah pulsar atau sebuah lubang hitam. Keduanya berputar sekitar 1000 kali dalam sedetik. Pulsar akan terbentuk setelah inti bintang raksasa dilumatkan. Akan tetapi, jika inti bintang itu dilumatkan sampai batas tertentu, inti ini akan menjadi sangat padat dan otomatis memiliki gravitasi yang luar biasa besar. Inti bintang ini berubah menjadi lubang hitam. Lubang hitam memiliki gravitasi dimana segala sesuatu dalam jarak tertentu tersedot olehnya, meskipun itu adalah cahaya.
Sekedar info Bintang katai putih sangat padat sehingga satu sendok teh materi katai putih akan berbobot satu ton (hampir sama dengan berat mobil kecil). Akan tetapi, satu sendok teh material pulsar akan berbobot satu miliar ton, lebih berat dari bobot seluruh mobil yang ada di dunia.

Bagaimana suatu bintang dilahirkan?

Ada banyak teori yang menyatakan hal ini, tapi yang paling dipercayai saat ini adalah teori nebula. Teori ini menjelaskan bahwa bintang dilahirkan di dalam debu dan awan gas raksasa yang disebut nebula. Saat debu dan gas menyusut akibat tarikan gravitasi, massa materi menjadi sangat padat dan panas. Jika panas yang terbentuk sudah sampai pada temperatur yang optimal, gas hidrogen mulai “terbakar” melalui reaksi fusi nuklir dan memancarkan energi dalam bentuk cahaya dan panas. Akhirnya, sebuah bintang baru mulai bersinar.
Selain bintang, umumnya materi awan dan debu tersebut juga membentuk planet-planet (disebut tata surya/solar system). Saat debu dan gas menyusut akibat tarikan gravitasi, rotasi materi tersebut semakin lama semakin tinggi hingga bagian tengahnya menggelembung. Akhirnya, sebagian lingkaran materi itu terlempar keluar dan kemudian mendingin, mengecil, dan berubah menjadi planet. Sementara itu, bola materi yang berada di tengah membentuk bintang. Masa hidup bintang dapat mencapai jutaan tahun. Selama hidupnya, bintang membakar energi dan memancarkan cahaya dan panas.

BAGAIMANA SIH KEHIDUPAN BINTANG?

Bintang adalah bola besar dan berpijar di angkasa yang tersusun atas gas hidrogen, helium, dan unsur-unsur lain. Bagi orang-orang di bumi, bintang-bintang tampak sangat redup dan kecil, jika dibandingkan dengan matahari kita (yang notabene juga sebuah bintang). Kenyataannya, banyak bintang yang sangat besar, dan bahkan berkali-kali lebih besar dari matahari. Mereka tampak redup mungkin karena jarak mereka sangat jauh dari kita. Apakah kehidupan bintang itu sama dengan matahari? Sebenarnya, kehidupan bintang berbeda-beda satu sama lain karena berbagai faktor. Bintang kecil menghabiskan bahan bakar mereka (gas hidrogen) lebih lambat daripada bintang yang besar, sehingga mereka dapat hidup lebih lama.

SATU TATA SURYA, DUA MATAHARI

Mungkin, bagi Anda tinggal di planet yang memiliki dua matahari akan sangat unik. Siang akan menjadi sangat terang (wah saya akan sulit tinggal tuh). Beberapa dari Anda mungkin menganggap hal ini mustahil karena planet dengan dua matahari “tidak ada”. Akan tetapi, sekarang para astronom berhasil menemukan planet yang memiliki dua matahari. Bukan hanya satu planet, melainkan dua planet yang menempati sistem tata surya yang sama. Wahana Kepler berhasil menemukan lagi planet sirkumbinari atau planet yang mengitari dua buah bintang dan dinamai Kepler-34b dan Kepler-35b. Penemuan ini sekaligus menunjukkan bahwa sistem planet seperti ini bukan sistem yang jarang dan bahkan bisa jadi merupakan sistem yang umum ditemukan di antara bintang-bintang. Implikasinya, penemuan ini juga memperluas pemahaman dan kemungkinan untuk mencari sistem yang dapat mendukung kehidupan. Wahana Kepler mencari planet dengan melihat adanya kedipan pada bintang saat ada planet yang melintas di depan bintang. Kedua planet, Kepler-34b dan Kepler-35b merupakan planet gas berukuran planer Saturnus. Kepler-34b mengitari sistem bintang ganda serupa Matahari setiap 289 hari dan kedua bintang induknya ini mengitari satu sama lainnya setiap 28 hari. Planet Kepler-35b mengorbit bintang induk yang lebih kecil dan lebih dingin setiap 131 hari dan pasangan bintang ini mengorbit satu sama lainnya setiap 21 hari. Kedua planet tersebut berada sangat dekat dengan bintang induknya sehingga tidak berada dalam zona laik huni bintang dimana air dalam wujud cair dapat dipertahankan. Kedua planet ini berada dalam sistem bintang ganda yang masing-masing berjarak 4900 dan 5000 tahun cahaya dari Bumi di Rasi Cygnus. Kepler-34b dan Kepler-35b merupakan dua planet jauh yang berada di antara planet-planet jauh yang sudah ditemukan. Penemuan ini sekaligus membawa kita pada sebuah penggolongan baru dalam sistem keplanetan kalau planet tidak hanya berada pada bintang tunggal. Sumber : NASA, langitselatan.com

Rabu, 16 Mei 2012

PBB bangun teleskop untuk lacak kehidupan di angkasa

PBB menyusun rencana untuk membangun sebuah radio teleskop raksasa yang bisa meneliti lebih dari sejuta bintang guna melacak kehidupan di luar angkasa. Mesin seharga 800 juta Pound yang dijuluki Square Kilometre Array (SKA) ini, akan menjadi instrumen astronomi tersensitif yang pernah dibangun. Suatu perjanjian untuk membangun teleskop baru ini ditandatangani bulan lalu dalam suatu pertemuan International Astronomical Union di Manchester. Para ilmuwan akan menghabiskan beberapa tahun untuk merancang teknologi tersebut yang menurut rencana akan selesai tahun 2015. Para ilmuwan berharap bisa mendeteksi transmisi televisi dan radio atau sinyal yang dipancarkan oleh mahluk asing. "Kami akan menggunakannya untuk memeriksa bintang yang berjarak hingga 1.000 tahun cahaya," ujar Jill Tarter, peneliti utama di Search for Extra-Terrestrial Intelligence (Seti), AS. Peralatan yang dimiliki Seti hanya mampu mempelajari beberapa ribu bintang. Cikal rencana ini tumbuh dalam beberapa bulan terakhir, di mana para astronom mengumumkan penemuan lebih dari 40 planet di sistem tata surya. Planet-planet ini sangat besar dan terlalu panas untuk suatu kehidupan. Tapi penemuan planet yang lebih kecil, seperi laiknya bumi menimbulkan harapan itu. Selain mencari kehidupan lain, SKA akan melihat radiasi yang dipancarkan 10-12 juta tahun yang lalu ketika bintang dan galaksi pertama dibentuk setelah big bang, ledakan benda padat yang menandai awal jagat raya. [cpm]

Mir Space Station

Tanggal 23 Maret 2001 lampau, stasiun luar angkasa Rusia, Mir akhirnya menyelesaikan masa tugasnya selama 15 tahun di antariksa. Pusat pengendali Misi di Korolyov, luar kota Moskow mengarahkan stasiun berukuran 33m X 30m X 27m dengan berat 137 ton itu memasuki atmosfir bumi. Benda buatan manusia yang terbesar di luar angkasa itu akhirnya meledak dan terbakar dalam proses reentry tersebut, namun sekitar 1.500 potongan dengan berat total diperkirakan mencapai 25-30 ton menembus atmosfir dalam bentuk bola api raksasa dan akhirnya mencebur di samudera Pasifik Selatan dan korodor antara Selandia Baru dan Chili, di suatu lokasi yang biasa digunakan Rusia sebagai tempat pembuangan sampah angkasa (space junkyard). Mir (juga dikenal sebagai DOS 7, akronim Rusia untuk "Stasiun Orbit Jangka Panjang") adalah stasiun ke-10 yang diluncurkan oleh Uni Sovyet (sekarang Rusia) setelah sebelumya meluncurkan tiga stasiun militer Almaz dan enam laboratorium DOS sipil. Modul inti Mir mencapai orbitnya pada 20 Februari 1986 dan telah menempuh 86.330 orbit mengelilingi bumi sebelum misinya berakhir. Sebanyak 28 misi jangka panjang yang melibatkan 106 astronaut dari berbagai negara dengan total masa tinggal tidak kurang dari 4.591 hari (termasuk rekor terlama, 437 hari oleh ahli Fisika Valeriy Polyakov) serta serangkaian misi jangka pendek 11 hari selama satu dekade telah dilakukan di Mir. Tercatat 79 kali spacewalks (berjalan-jalan di luar angkasa) dan ribuan percobaan ilmiah dari berbagai disiplin ilmu telah dilakukan oleh para awak Mir selama masa tugasnya. Selama mengangkasa, beberapa peristiwa kecelakaan pernah menimpa Mir. Kerusakan ringan terjadi tahun 1994 saat Mir bertabrakan dengan wahana Soyuz TM-17, sementara kerusakan yang lebih parah terjadi di tahun 1997 saat terjadi tabrakan dengan wahana Progress M-34. Persitiwa terakhir ini juga menyebabkan kebakaran selain kerusakan lain yang cukup serius pada modul Kvant (lihat bagan).

Extrasolar Planets

Tanggal 4 April 2001 lalu, sekelompok tim astronom internasional mengumumkan penemuan 11 buah planet baru yang berada diluar tata surya kita, atau yang biasa diistilahkan dengan Extrasolar Planet. Penemuan ini menambah jumlah Extrasolar Planet yang telah diketahui menjadi 63 buah. Salah satu diantaranya mengorbit bintang yang mirip dengan Matahari kita pada zona yang memungkinkan terbentuknya kehidupan disana. Adanya planet pada sistem tata surya diluar matahari kita, pertama kali dibuktikan keberadaannya pada bulan Oktober 1995 ketika dua orang astronom yaitu Michel Mayor dan Didier Queloz berhasil menemukan sebuah planet yang mengorbit pada bintang 51 Pegasi di konstelasi Pegasus (50 tahun cahaya dari Bumi kita). Dalam jangka waktu beberapa tahun setelah penemuan pertama tersebut, puluhan Extrasolar Planet lainnya telah pula ditemukan. Hingga saat ini, extrasolar planet yang berhasil dideteksi umumnya adalah planet raksasa sekelas Jupiter dan Saturnus di sistem Matahari kita. Planet dengan kondisi dan ukuran yang mirip dengan planet Bumi diyakini ada, namun keterbatasan teknologi peralatan yang ada saat ini menyulitkan pendeteksiannya. Penemuan Extrasolar Planet ini membuka harapan akan ditemukannya planet yang dihuni mahluk hidup dengan peradaban yang lebih maju. Hingga saat ini dalam tata surya kita, hanya Bumi-lah satu-satunya planet yang mempu mendukung adanya kehidupan. Misi tak berawak yang telah dikirim ke planet-planet tetangga (Venus dan Mars) maupun misi wahana Pioneer dan Voyager ke planet-planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus) menunjukkan bahwa kondisi di planet-planet tersebut tidak memungkinkan untuk berkembangnya suatu bentuk kehidupan, bahkan yang paling sederhana sekalipun.